Jumat, 21 Maret 2014

Siapa lawan berat dan pendamping JOKOWI di Pilpres 2014?

Setelah Jokowi mendapatkan mandat dari Megawati Soekarno Putri untuk menjadi Capres RI 2014 dari PDI-P ini, konfigurasi dan peta Pilpres partai politik menjadi berubah total.

Sekarang pertanyaannya bagi partai lainnya adalah bukan siapa yang perlu diusung untuk maju ke Pilpres 2014 nanti, namun siapa yang akan disandingkan dengan Jokowi sebagai Cawapres dan siapa kandidat pasangan Capres-Cawapres yang akan menjadi lawan berat Jokowi di Pilpres nanti.

Realitas politik ini adalah tidak berlebihan karena berbagai lembaga survei telah menempatkan Jokowi sebagai calon terpopuler untuk menempati singgasana RI-1 ini, dan tinggal menunggu siapa Cawapres yang akan mendampinginya nanti.

Apakah Cawapres berasal dari internal partai?
Bagaimana peluangnya jika berasal dari tokoh nasional lainnya yang berbasis partai politik?
Ataukah mungkin datang dari kalangan profesional atau pengusaha?
Apa yang terjadi jika mengusung calon dari latar belakang militer?

Oleh karena itu maka Pileg menjadi sangat penting dalam menentukan siapa saja Cawapres yang akan maju nantinya.

Jika mengacu pada UU No. 42 tahun 2008, maka syarat untuk mengusulkan calon Presiden dan Wapres harus didukung minimal 20% kursi DPR atau 25% suara nasional (presidential threshold).

Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi untuk mengusung cawapres potensial dengan asumsi perolehan kursi DPR nanti berikut:
v  Skenario 1 : Apabila PDIP menang mutlak dengan perolehan kursi DPR minimal 40%, maka kemungkinan PDIP akan mengusulkan Cawapres dari pihak internal. dan dari beberapa nama, maka Puan Maharani berpeluang besar menjadi pasangan Jokowi
v Skenario 2 : Apabila PDIP menjadi pemenang Pileg dengan perolehan kursi DPR di bawah 40% namun di atas 30%, maka ada 2 pilihan yang akan ditempuh PDIP yakni bisa mengusulkan Puan Maharani sebagai pendampingnya atau berkoalisi dengan partai lainnya untuk memperkuat kekuatan diparlemen. Untuk pilihan kedua ini, maka yang paling berpeluang adalah kandidat Cawapres seperti : Jusuf Kala, Hatta Rajasa atau Mahfud MD
v Skenario 3 : Apabila perolehan kursi DPR untuk PDIP adalah kurang dari 30%, maka suatu keniscayaan bahwa PDIP akan perlu berkoalisi dengan partai lainnya, lagi-lagi tokoh partai seperti Jusuf Kala, Hatta Rajasa dan Mahfud MD menjadi pilihan yang rasional. Akan tetapi hal ini bisa terjadi apabila partai seperti Golkar atau PAN atau PKB dan PPP mendukungnya untuk menjadi Cawapres dari Jokowi.
Mari kita lakukan sedikit kalkulasi politik, dan bagaimana keniscayaan politik yang terjadi dengan mengacu pada kekuatan partai politik di parlemen.


Berikut adalah perbandingan antara perolehan kursi DPR tahun 2008 vs prediksi perolehan kursi DPR untuk Pileg 2014 :

Partai Politik
Hasil 2008
Prediksi 2014
Internal Capres
Internal Cawapres
PDIP
17%
30%
Jokowi
Puan Maharani
Golkar
19%
19%
Aburizal Bakrie
Akbar Tanjung/ Jusuf Kala
Demokrat
27%
12%
Pramono Edhie
Dahlan Iskan
Gerindra
5%
10%
Prabowo
-
PAN
8%
7%
Hatta Rajasa
Hatta Rajasa
Hanura
3%
5%
Wiranto
Harry Tanoe
PKS
10%
5%
Hidayat Nurwahid
Hidayat Nurwahid
PPP
7%
5%
Jusuf Kala
Jusuf Kala
PKB
5%
5%
Mahfud MD
Mahfud MD
Nasdem
-
2%
Surya Paloh
Jusuf Kala


Jika mengacu pada prediksi perolehan kursi di atas, maka hanya 4 partai yang memiliki peluang untuk maju dan mengusulkan pasangan Capres dan Cawapresnya, yakni PDIP, Golkar, Demokrat dan Gerindra.

Akan tetapi dari aspek popularitas dan elektabilitas, maka hanya Jokowi dan Prabowolah yang berpelung untuk bertarung di Pilpres 2014. Sehingga partai lain akan mencoba untuk merapat kedua calon tersebut, berkoalisi dan menawarkan alternatif Cawapres dari partai tersebut.

Jika memang partai diluar PDIP dan Gerindra tidak akan berambisi mengusung Capresnya, tapi alih-alih berusaha menawarkan untuk menjadi Cawapres, maka ada beberapa pilihan alternatif Cawapres untuk berpasangan baik untuk Jokowi ataupun Prabowo.

Berikut adalah beberapa konfigurasi pasangan yang mungkin terjadi:
  1. Jokowi-Jusuf Kala (PDIP-Golkar) vs Prabowo-Dahlan Iskan (Gerindra-Demokrat)
  2. Jokowi-Hatta Rajasa (PDIP-PAN) vs Prabowo-Jusuf Kala (Gerindra-Golkar-PPP)
  3. Jokowi-Mahfud MD (PDIP-PKB) vs Prabowo-Jusuf Kala (Gerindra-Golkar-PPP)
  4. Jokowi-Puan Maharani (PDIP) vs Prabowo-Jusuf Kala (Gerindra-Golkar-PPP-PKB)
Dari konfigurasi di atas, penulis memprediksi tetap Jokowi akan keluar menjadi pemenang Pilpres dengan peluang kemenangan yang bervariasi. Dan untuk meningkatkan peluang kemenangan Jokowi, maka berpasangan denngan Jusuf Kala adalah yang paling ideal. Tentunya dengan prasyarat, Jusuf Kala didukung oleh Golkar dan partai berbasis islam seperti PPP dan PKB. Perlu diketahui juga bahwa dari aspek komunikasi politik, maka Jusuf Kala sangat baik untuk menjalin hubungan politik dengan partai manapun, sehingga untuk mendapatkan dukungan dari partai yang lain tentunya sangat dimungkinkan.

Jika kondisi ini terjadi, maka peta koalisi partai politik di parlemen akan semakin menguat karena Partai pemerintah terdiri dari : PDIP-Golkar-PPP-PKB-PAN-Hanura-Nasdem (73% kuri DPR). Sedangkan untuk partai oposisi menjadi : Gerindra-Demokrat-PKS (27% kursi DPR).

Apakah prediksi ini akan terwujud? mari kita lihat saksikan bersama apa yang akan terjadi beberapa bulan kedepan.